watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGALAMAN BARU PEMBANTUKU

Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki
yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja
sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta.
Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan
bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak
ada hambatan sama sekali. Kami memiliki
seorang pembantu, Sumiah namanya, berumur
kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih
lugu karena kami dapatkan langsung dari
desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja,
tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan
putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155
cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur
tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar, hanya
sebesar nasi di Kentucky Fried Chicken.
Cerita ini terjadi pada tahun 1999, berawal ketika
aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh
lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00.
Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul
18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya,
aku langsung mengganti celanaku dengan
sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa
celana dalam. Pada saat aku keluar kamar,
nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman
untukku, segelas besar es teh manis.
Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba
dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku
duduk sambil membaca koran, gelas terlempar
ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di
pangkuanku, kepalanya membentur keras
kemaluanku yang hanya bersarung tipis.
Spontan aku meringis kesakitan dengan badan
yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis,
dia bangun membersihkan gelas yang jatuh
sambil memohon maaf yang tidak henti-
hentinya.
Semula aku akan marah, namun melihat
wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku
memegangi kemaluanku aku berkata, "Sudahlah
nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel", sambil
menunjuk kemaluanku.
"Sum harus gimana Pak?" tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong,
menyahut sambil iseng, "Ini musti diurut nih!"
"Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini
dulu Pak!" jawabnya.
Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu
kaget bercampur senang, karena mendengar
jawaban pembantuku yang tidak disangka-
sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk
pintu, "Pak, Mana Pak yang harus Sum urut.."
Aku langsung rebah dan membuka sarung
tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas
menggelantung. Sum menghampiri pinggir
tempat tidur dan duduk.
"Pake, rhemason apa balsem Pak?" tanyanya.
"Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!"
jawabku.
Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-
lahan, sekonyong-konyong kemaluanku
bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.
"Pak, kok jadi besar?" tanyanya kaget.
"Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut.
Kasih ludahmu aja biar nggak seret", kataku
sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati
kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
"Ah.. kurang banyak", bisikku bernafsu.
Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung
kemaluanku menyentuh bibirnya, "Dimasukin
aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan
cepet keluar yang bikin bengkak!" perintahku
seenaknya.
Perlahan dia memasukkan kemaluanku,
kepalanya kutuntun naik turun, awalnya
kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama
mungkin dia terbiasa dengan irama dan
tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. "Akh.. uh..
uh.. hah.." Kulumannya semakin nikmat, ketika
aku mau keluar aku bilang kepadanya, "Sum
nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya,
telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus
sekali buat kamu", bisikku. "Hepp.. ehm.. HPp",
jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum
naik turun.
Akhirnya kumuncratkan semua air maniku.
"Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh.." Pada
saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam
tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan
cairan asing membasahi kerongkongannya,
hanya aku saja yang membimbing kepalanya
agar tetap tidak melepas kulumannya.
Setelah aku lemas baru dia melepaskan
kulumannya, "Udah Pak?, apa masih sakit Pak?"
tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas,
bibirnya yang basah memerah, dan sedikit
berkeringat. Aku tertegun memandang Sum
yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk
menghampirinya, "Sum kamu capek ya, apa
kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu
bisa seger kayak Bapak sekarang!"
"Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih
Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger?
tanyanya semakin penasaran. Aku hanya
menjawab dengan anggukan dan sambil meraih
pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke
bibirnya yang basah dan merah, dia tidak
meronta juga tidak membalas. Aku merasakan
keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai
membuka kancing bajunya satu persatu, sama
sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana
dalam dan Bh-nya saja.
Tiba-tiba dia berkata, "Pak, Sum malu Pak, nanti
kalo Ibu dateng gimana Pak?" tanyanya takut.
"Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang
baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger
badan", jawabku penuh nafsu. Lalu semua
kubuka tanpa penutup, begitu juga aku,
kemaluanku sudah mulai berdiri lagi. Dia
kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku
berjongkok di depan dengkulnya yang masih
tertutup rapat, "Buka pelan-pelan ya, nggak pa-
pa kok, aku cuma mau urut punya kamu",
kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka
pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit
bulunya yang mengitari liang kewanitaannya,
cenderung botak.
Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat
bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat,
sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, "Akh..
Pak geli.. akh.. akuhhfh.." Klitorisnya basah
mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap,
hanya kira-kira 5 menit kulumat liang
kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil
menggeliat dan menjepit kepalaku dengan
pahanya serta matanya terpejam. "Akh.. akh..
uahh.." teriakan panjang disertai mengalirnya
cairan dari dalam liang kewanitaannya yang
langsung kujilati sampai bersih.
"Gimana Sum, enak?" tanyaku nakal. Dia
mengangguk sambil menggigit bibir, matanya
basah kutahu dia masih takut. "Nah sekarang,
kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya,
kamu nggak usah takut!". Kuhampiri bibirnya,
kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi,
kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-
hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama
kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan
mulai memberikan reaksi untuk membalas
cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.
Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang
ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan
ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku
ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil,
"Aauu.. sakit Pak!". Lalu dengan perlahan
kutusukkan lagi, sempit memang, "Akhh.. uuf
sakit Pak..". Melihat wajahnya yang hanya
meringis dengan bibir basah, kuteruskan
tusukanku sambil berkata, "Ini nggak akan lama
sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya
jangan dirasain.." tanpa menunggu reaksinya
kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta
kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di
dalam liang surganya kulihat matanya berair
(mungkin menangis) tapi aku sudah tidak
memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan
semua nafsuku untuk si Sum.
Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan
reaksi, namun setelah itu aku merasakan
denyutan di dalam liang kewanitaannya,
kehangatan cairan liang kewanitaannya dan
erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan
mencapai klimaks, ketika dia mulai
menggoyangkan pantatnya, seolah membantu
kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama
kemudian, tangannya merangkul erat leherku,
kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik
turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil
mengerang, "Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum..
Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh.."
mendengar erangan seperti itu aku makin
bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. "Sum..
akh.. akh.. akh.." kusemprotkan semua maniku
dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi
wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun
lemas.
"Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi
ya, terus beresin tempat tidur ini ya!", suruhku di
tengah kenikmatan yang kurasakan.
"Ya Pak", jawabnya singkat sambil mengenakan
pakaiannya kembali.
Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia
berbalik dan bertanya, "Pak.. kalo pulang siang
kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa
mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi", lalu
ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun
dengan omongannya barusan, sambil menoleh
ke sprei yang terdapat bercak darah perawan
Sum.
Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2
hari menjelang menstruasi (datang bulannya
sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk
berhubungan dengan pembantuku, namun
hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul
5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia
mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan
anak-anakku belum bangun.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1418
U-ON

inc Powered by Xtgem.com